Hidup di panti jompo pasti jauh dari rasa bahagia bagi para lansia. Rasa kesepian dan bosan sudah barang tentu ada.
Di Panti Sosial Tresna Werdha Jara Mara Pati milik Pemrov Bali para lansia dilatih keterampilan dan berkesenian untuk menghilang rasa jenuh mereka.
JULIADI, Banjar
PAGI hari kemarin belasan lansia yang dirawat di UPTD Panti Sosial Tresna Werdha Jara Mara Pati, Kaliasem, Banjar, Buleleng, tampak,
sedang beristirahat sambil menikmati sarapan pagi yang diberikan oleh pengelola panti sosial. Ada sebagian yang juga sedang berolahraga atau membersihkan halaman panti.
Mereka para lansia yang dirawat disana datang dari berbagai daerah di Bali. Seperti Jembrana, Karangasem, Klungkung dan Bali.
Meski hidup di panti jompo berbagai aktifitas dan kegiatan cenderung dilakukan secara bersama-sama. Keakraban para lansia pun tampak terasa setelah mereka berbaur membuat keterampilan.
Nengah Tendri perempuan berusia 66 tahun ini mengaku baru lima tahun lebih menempati Panti Sosial Tresna Werdha Jara Mara Pati.
Hidup di panti memang tak banyak yang dapat dia lakukan. Namun, disini masih terasa nyaman, karena banyak teman dengan usia sebayanya.
“Kalau rasa bosan dan jenuh pasti ada setiap saat, kadang teringat dengan keluarga,” tutur perempuan asal Karangasem ini.
Untuk membunuh rasa sepi dan bosan hidup didalam panti, dia mengikuti berbagai aktivitas dan latihan yang ada di panti.
“Kalau pagi hari, kami oleh pengelola panti diajak bersih-bersih halaman panti. Bahkan diajarkan membuat keterampilan sapu lidi, membuat banten hingga anyaman lainnya. Ya itu dilakukan setiap harinya,” ungkapnya.
Sementara itu, Koordinator Panti Sosial Tresna Werdha Jara Mara Pati Nyoman Wijaksana mengatakan, ada 66 lansia yang dirawat disini.
Di antaranya 14 laki-laki dan 52 perempuan dengan rata-rata usai mereka diatas 60 tahun lebih. “Untuk lansia yang tinggal disini sebagian besar orang jompo yang terlantar.
Artinya tidak memiliki keluarga. Walaupun tidak terlantar keadaan ekonomi mereka memang susah dan miskin,” ucapnya.
Merawat lansia ibarat merasa anak dengan usia dini kembali. Susah-susah gampang. Kadang kala mudah diarahkan untuk mengikuti kegiatan, kadang sulit. Tergantung pada mood mereka.
“Kami disini ada sekitar 27 orang pengasuhnya. Yang selalu standbay dan siap melayani mereka. Baik dari sisi makanan setiap hari hingga mengajarkan mereka sebuah keterampilan dan berkesenian,” paparnya.
Diakui Wijaksana, rasa sepi, jenuh hidup di panti pasti dialami oleh para lansia. Bahkan, kadang mereka menangis ingin bertemu dengan keluarga mereka.
Untuk mengatasi masalah tersebut pihaknya memberikan beberapa kegiatan keterampilan kepada mereka. Seperti pembuatan sapu lidi, tetapi bukan untuk dijual.
Kemudian membuat banten untuk keperluan sembahyang hingga anyaman. Bahkan mereka berkesenian yakni dilatih untuk menari janger.
Selain itu setiap hari mereka juga berakativitas dikebun terutama lansia laki-laki. Ditambahkan lagi dengan kegiatan olahraga.
“Yang terpenting sebenarnya melibatkan keluarga lansia dalam bentuk pemberian dukungan sosial, perubahan pola pikir bahwa lansia masih memiliki peran dan bukan dibuang keluarga,” ungkapnya.
Kejenuhan mereka kadang terobati dengan komunitas atau yayasan yang datang memberikan bantuan ke panti. Sambil memberikan bantuan komunitas juga memberikan hiburan dan mengajarkan mereka menari.
Ditambahkan Wijaksana, fasilitas di panti masih banyak memiliki kekurangan dan keterbatasan biaya untuk operasional.
Terutama bagaimana lansia ini mampu membuat kerajinan seni. Misalnya membuat sebuah ingke, keranjang dan kerajinan lainnya.
“Nah, untuk pemenuhan kebutuhan lansia yang ada di panti ada setiap hari. Selain anggaran dari Pemprov juga ada dari komunitas atau kelompok yang datang berbagi untuk memberikan bantuan,” tandasnya. (*)