Mama Mama Jagoan menjadi film terbaru bagi tiga aktris senior tanah air. Tiga perempuan yang menjadi peran utama adalah Widyawati sebagai Dayu, Ratna Riantiarno sebagai Hasnah dan Niniek L Karim sebagai Myrna. Apa menariknya?
ZULFIKA RAHMAN, Denpasar
FILM karya Sidi Saleh ini menceritakan misi tiga-emak-emak yang terlibat dalam persahabatan sejak masa remaja hingga tua.
Dalam misi tersebut, ketiga orang ini tengah mencari keberadaan anak mereka bernama Monang yang diperankan stand up comedian Lolox.
Lolox sendiri anak dari Myrna yang pergi merantau ke Bali untuk bekerja. Dalam film berdurasi 94 menit ini, penabuh drum Superman Is Dead (SID), JRX ikut bermain.
Dia memerankan Jack, sosok pria yang bekerja sebagai bartender dan juga petugas jaga sewa papan surfer di Kuta.
JRX sendiri mengaku, senang bisa terlibat dalam film tersebut. Selain melihat dari para pemain senior yang cukup dihormati dikancah perfilman tanah air, film ini mengingatkan kembali kenangan 2008 lalu, saat awal-awal dirinya merintis Twice Bar.
Saat itu, selain bertugas sebagai manajemen bar, ia juga menjadi pramusaji untuk meracik minuman yang disajikan kepada para pengunjung.
“Jadi itu sedikit mengais kenangan zaman dulu, is fun,” katanya ditemui saat Premier film Mama Mama Jagoan di Level 21 Denpasar, Minggu (25/11) lalu.
Pemilik nama asli I Gede Ari Astina ini lantas menceritakan bagaimana dirinya bisa terjerumus dalam film tersebut.
Saat itu, produser membutuhkan sosok bartender yang akan dihadirkan dalam cerita film ini. Dari hasil rekomendasi teman, JRX dianggap cocok memerankan bartender bernama Jack.
“Waktu itu membutuhkan orang yang fisiknya mendekati saya. Akhirnya saya diajak untuk bermain di film ini,” katanya.
Menerima tawaran film ini kata dia setelah melihat jalan cerita yang menurutnya cukup bagus. Selain itu, para pemain utamanya, merupakan sosok yang ia kagumi.
“Belum ada film Indonesia yang membuat tema cerita seperti ini, ini agak sedikit di luar kecenderungan umum lah,” kata pria yang juga mengisi vokal di band Devil Dice ini.
Film ini merupakan film ketiga dari JRX di Layar lebar. Dua film sebelumnya yakni Rumah di Seribu Ombak, dan Susah Sinyal.
Sementara itu, David John Schnapp yang memerankan Made mengaku cukup senang bisa terlibat dalam film ini.
Dalam proses syuting dia mengakui ada perasaan canggung sekaligus beban mental saat beradu akting dengan sosok yang dia kagumi. Memerankan Made yang dalam film itu menjadi seorang tour guide hampir tidak ada kesulitan.
“Banyak belajar dan sharing juga. Kebetulan saya pernah di Bali 7 tahun, jadi untuk logat hampir tidak ada masalah,” kata David.
Mereka berdua berharap film yang dibalut dalam genre komedi keluarga ini bisa mendapat manfaat dari pesan yang disampaikan dalam film ini. Pesan yang tersirat adalah keberagaman.
“Keberagaman di Indonesia jangan dianggap hal tabu,” terang JRX. Ini karena dalam film tersebut menceritkan tiga tokoh utamanya yang menjalin persahabatan sejak remaja hingga tua dengan latar belakang berbeda.
Myrna memiliki keyakinan seorang Kristiani, Dayu sebagai orang Hindu dan Hasnah adalah perempuan yang memiliki keyakinan muslim.
Dari film ini, jalinan persahabatan tetap kukuh meski dari latar belakang keyakinan. “Selain itu dalam film ini juga mengajarkan bahwa kasih ibu tidak pernah pupus, sampai kapanpun,” tambah David.
Salah seorang penonton, Rifky, 28, mengaku cukup terhibur. Selain itu, pesan yang paling ia tangkap, bahwa pengorbanan ibu tidak hanya saat melahirkan saja, tapi sepanjang masa.
“Terlihat dari film itu, bagaimana ibu yang sudah cukup tua, tapi masih ada keinginan kuat untuk mencari anak laki-lakinya dari Jakarta hingga ke Bali. Itu sungguh perjuangan yang hebat, meski menemui berbagai tantangan,” tutupnya.
Dalam film ini menceritakan perjuangan Myrna ditemani dua sahabatanya Dayu dan Hasnah untuk mencari Monang anak semata wayang Myrna.
Di tengah kondisi depresi pascaditinggal mati oleh sang suami Johan (Cok Simbara). Semangatnya baru muncul ketika menerima kartu pos dari Monang, anak lelakinya yang sudah setahun tidak pulang akibat bersitegang dengan sang ayah.
Dalam kartu pos tersebut, Monang mengatakan bahwa dia bekerja di Bali. Dalam pencarian Monang ke Bali, banyak sekali ditemui tantangan.
Mulai dari tertangkap polisi akibat dugaan transaksi narkoba hasil jebakan salah seorang bartender bar yang kemudian mengantarkan ketiganya mendekam di balik jeruji besi.
Di dalam penjara itu, ketiganya mengulang cerita masa-masa remaja. Dari cerita itu, tidak jarang ketiganya terlibat konflik kecil.
Hingga akhirnya, ketiganya dibebaskan oleh kawan SMA nya yang tinggal di Bali bernama Patra. Dia seorang pengacara.
Misi pencarian pun berlanjut, untuk menemukan Monang, yang ternyata merupakan kawan dari Jack. Pertemuan Monang tidak lepas dari peran Hasnah.
Di Sela-sela pencarian, ia memutuskan untuk bejalan-jalan keliling Kuta seorang diri. Akhirnya singgah di suatu bar tempat Jack bekerja.
Dia lantas memesan minuman yang ternyata merupakan racikan alkohol yang membuat Hasnah mabuk. Saat kondisi mabuk itu, Jack berusaha membawa ke Hotel, namun saat ditanya, Hasnah justru lupa.
Selanjutnya, oleh Jack dibawa ke sebuah pondok yang dipenuhi dan ternyata pondok itu, dihuni oleh Monang hingga pertemuan antara anak dan ibu bisa terwujud.(*)